STROBERI MEMBAWAKU KEPADA IBU
Aku membanting pintu kamarku. Aku tak mau
dengar kata-kata mereka lagi. Aku menatap foto ku bersama ibu, air mataku tak
sanggup kutampung lagi. Dari jendela ku dengar suara.. “hey.., anak tak
ber-ibu,hahaha” suara jahat mereka membuatku marah dan sedih. Apa yang harus
kulakukan? Aku ingin bersama ibu, haruskahku menyusulnya?
Tiba-tiba kuingat ini hari ulang tahunku, ibu
selalu membawakan bunga mawar yang sangat indah dan wangi untukku.., kemudian
kami bermain di rumah kaca kebun stroberi dan memanennya. Lalu aku pergi
kerumah dengan persaan sedih. Ku ingat peristiwa tersebut, peristiwa tragis
ibuku didepan mataku. Aku ingat pecahan atap rumah kaca menusuk ibu demi
menyelamatkanku. Air mataku semakin menetes.
Aku langsung berlari menuju rumah kaca, aku
tak sanggup menahan air mata ini. Aku telah sampai, namun aku tak bisa masuk, yang
kulihat hanya reruntuhan kaca disana dan buah stroberi yang layu. Aku trauma
dengan peristiwa tersebut.
Ku lihat, wanita cantik yang terlihat baik
hati duduk disana. Gaun putih bersihnya mebuatku ingin masuk kedalam. Satu
persatu kulangkahkan kakiku melewati reruntuhan kaca dan masuk kedalam.
“Bisakah ku sentu gaunmu?” tanyaku. “tentu” jawab wanita itu. Air mataku tidak
lagi menetes. Aku mengelus gaunnya yang sangat lembut dan bersih. Wanita itu
mengusap pipiku yang terkena air mataku. “selamat ulang tahun lani, jangan
menangis lagi ya” tak kusangka ia tahu namaku dan hari ulang tahunku, ia
memberikan kecupan di dahiku lalu memberikan sekuntum mawar merah yang cantik
dan wangi.
Aku berkata ragu “i..i..bu….ibu..??”. ia
tersenyum. Ia terlihat tak asing bagiku, namun wajahnya lebih menawan dari ibu.
Tak kusangka, ayah pasti senang. Ibu.., ibuku memberiku stroberi yang sangat
terihat enak. Namun, terakhir kali kulihat, semua buah disini telah layu, namun
aku tak peduli hal tersebut. Aku memakannya 1 gigitan. “Lani..!!!” teriak ayah
dari kejauhan. Aklu menengok kearah suara ayah.., aku ingin berkata kepada ayah
jika ibu telah kembali dengan wajah yang lebih menawan. Namun, dengan rasa
gembiraku, aku berfirasat untuk melengok kearah ibu. Namun, bibirku berhenti
memperlihatkan kegembiraan. “ibu…ibu hilang”aku menatap ke atas, sebuah pot
gerabah pohon stroberi jatuh, wajahku terpaku melihat detik-detik ini, ingin
aku beranjak dari tempat dan berlari, namun terlambat.. BRAKK.., pot itu
mengenai kepalaku, aku terjatuh ke bawah dengan darah dikepalaku. Namun, tak
kusangka, tempat kuberanjak adalah pecahan atap rumah kaca. Tubuhku serasa
dirobek-robek.
Aku merasa tak apa. Rasa sakit itu hanya
bertahan sementara. Kubuka genggaman tanganku yang memegang stroberi. stroberi
itu hilang!!, yang ada hanyalah darah yang berlumuran dan kaca yang menembus
tanganku ini. Aku beranjak dan menatap tempatku terjatuh. Ku melihat seorang
gadis yang terbaring dengan darah dan pecahan kaca tertancap ditangannya. Ayah menghampiri gadis itu dan
berteriak “Lina!!! LINA..!!!” aku terpaku menatap gadis itu. Itu..itu aku. Aku
sudah mati sekarang, aku meneteskan air mata. Kebahagiaan itu cepat sekali
sirna. Kulihat, sekuntum mawar merah dilemparkan ke mayatku. “selamat ulang
tahun Lina.., jangan bersedih. Ini saatnya kita pergi” kata ibu. Suara lembut
itu membelai telingaku. Aku menoleh kebelakang.. “ibu..” kataku. “ayo nak, kita
pergi” kata ibu sambil tersenyum. Ibu menggenggam tanganku. Kami berjalan
bersama. Selamat tinggal ayah..
Aku merindukan ibu.., kita akan menunggumu di
surge
Karya : lintang ayu nyla serita
No comments:
Post a Comment